Membaca komik benar-benar berpengaruh besar pada kekuatan fantasiku.
Genre komik yang aku suka adalah yang biasa saja. Berkisar pada daily life, school life, light adventurous journey, food, atau hanya sekedar gag comic.
Tiap kali membaca satu judul komik berseri, aku selalu berkhayal, membayangkan, bahwa aku sedang berada dalam situasi yang sama dengan jalan cerita komik itu. Setelah itu pasti aku menjadi labil. Dan yang timbul selanjutnya adalah fase “What If”.
What if
I was them
Who involved in such situations?
What if
I was them
Who do such things?
What if
I was them
Whose emotions are drig-dragged?
Dan ketika sadar, aku merasa biasa saja. Aku adalah aku, dan penentu ceritaku bukan komikus. Aku. Sesaat aku merasa beruntung. Karena emosiku tidak dipermainkan semudah komikus menggambar ekspresi tokoh-tokoh komiknya. Karena aku tidak perlu lari-lari seperti halnya tokoh komik tersebut mengkhawatirkan orang yang kusayangi.
Oke, labil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar