Jumat, 17 Desember 2010

Konser Akbar OSUI Mahawaditra "Dekapan Asa Untuk Nusantara": The Show

This is us!
 
Baiklah, setelah sekian lama tertunda, akhirnya saya memutuskan untuk menulis! Menulis tentang hari H Konser DAUN Mahawaditra pada 27 November 2010 lalu.


Segala persiapan sudah dilakukan. Pakaian - instrumen - transport (sendiri-sendiri tentunya) - mental -- yang terakhir itu yang penting. Semua juga penting sih, hehehe. Siang itu, diantar Mama dan Papa, saya berangkat ke Taman Ismail Marzuki. Sepanjang perjalanan, kami menemukan banyak hal nostalgik bagi orangtua saya ketika menyusuri jalan menuju TIM. Sesampainya di TIM, kami parkir. Namun saya belum masuk ke Graha Bhakti Budaya-nya. Kami bertiga memutuskan untuk berjalan-jalan dulu, karena saya ingin mencari minuman vitamin C (untuk sedikit recovery buat bagian dalam mulut saya yang sariawan karena kebanyakan meniup reed pas latihan).

Setelah kembali lagi ke GBB, saya bertemu dengan salah satu pemain trombone, kemudian saya mengambil barang di mobil, Mama dan Papa pulang (nanti malam balik lagi buat nonton), lalu saya dan Ima - pemain trombone itu - masuk ke dalam GBB.

Hmm. Di dalam sudah terpasang wall of fame yang sangat "DAUN". Terlihat para panitia masih sibuk bekerja. Setelah menaruh barang-barang, saya ingin melihat kondisi di dalam. Ketika masuk... wuaaaahhhh... besaaaaarrrrrr *norak* Tapi sumpah, ketika tidak ada apa-apa di atas panggung, terlihat besar dan luas!!! Sudah ada kursi-kursi dan standpart-standpart berjajar di panggung, beberapa panitia dan orang GBB-nya lagi ngatur-ngatur -- pun terlihat dirigen kami, Mas Dhany, sudah berada di sana juga dan ikut mengatur posisi kursi.

Saya mengeksplor GBB dengan hati riang. Kapan lagi bisa keliling tanpa merasa bersalah, toh kita bakal tampil disini, hahaha.

Setelah itu menemui sang fagott di belakang layar, yang semalam diangkut dari Salemba ke sini. Oke, buka dan pasang. Lalu latihan sebentar di backstage.

Pukul 14.30 kegiatan gladi bersih baru bisa dilaksanakan. Gladi bersih? Saya pikir itu sama saja dengan latihan biasa, karena tidak mengikuti rundown... Gladi bersih itu kan visualisasi akan apa yang akan benar-benar terjadi mengikuti rundown... Ketika tahu hal-hal sebenarnya yang dialami oleh para pendukung acara ini ketika GR tidak berjalan sebagaimana mestinya, saya jadi merasa tidak enak juga. Mungkin sang dirigen terlalu panik dan takut kalau kami tidak dapat memainkan semua komposisi dengan cukup baik. Alhasil "gladi bersih" baru selesai lewat pukul 17.00, bahkan mendekati magrib!

Pukul 19.00, sudah pada hectic di ruang pemain. Pada siap-siap ganti baju. Setelah ganti baju ada yang foto-foto dulu. Bolehlah. Hehehe. Setelah makan, kembali merapikan diri. Tiba-tiba salah seorang stage crew mendatangi saya, meminta untuk berbaris untuk masuk. Saya tanya, gimana susunannya? Kemudian ia menjawab tidak tahu. Saya bingung. Lho? Kok, tidak ada urutan masuknya sih? Kenapa nggak ada yang menentukan? Akhirnya saya membantu sebisa saya untuk menentukan urutan masuk pemain. Barulah ia mengomando kami para pemain untuk berbaris...

Akhirnya. This is the showtime. No excuse to turn back, we have to face what we've decided. Beberapa orang terkenal turut menonton kami: Singgih Sanjaya (yang juga menjadi guest conductor), Ananda Sukarlan, dan Dharma Oratmangun. Lebih dari 700 pasang mata menantikan performa terbaik kami!

Inilah peta perjalanan musik kami malam itu
==========================================================
Indonesia Raya
(Komposer: W.R. Supratman)
Dibuka dengan intro dari Teater UI, mengajak seluruh elemen dalam GBB tersebut untuk berdiri dan menyanyikan Indonesia Raya. Dikisahkan Asa, seorang anak yang menjelma menjadi sehelai daun dalam mimpinya, berkelana mengelilingi pulau-pulau di Indonesia.

Senandung Sumatera 
Medley Bungong Jeumpa - Timang-timang Anakku Sayang - Butet - Tak Tontong - Dek Sangke
(Aransemen Koor dan Orkestra: M. Dhany Iskandar)
Ketika Indonesia Raya selesai berkumandang, dan kami menggeser partiturnya, yang kami temui adalah Senandung Sumatera, yang selama ini menjadi salah satu momok kami ketika latihan. Aransemen dari Mas Dhany ini luar biasa. Luar biasa susah, luar biasa megah, luar biasa unik, luar biasa bagus. Soal susah itu bisa diatasi dengan latihan dan pembiasaan yang luar biasa juga! Dan, ajaibnya: kami dapat memainkan aransemen ini dengan cukup baik dan lancaaaaaaaaaaaaar... setidaknya menurut saya.

Selendang Sutera
(Aransemen: Singgih Sanjaya)
Dengan solis Pharel Silaban yang juga anggota dari PSM UI Paragita, kami memainkan Selendang Sutera. Sungguh, baguuuuusssss XD. FYI, awalnya Pharel kebingungan ketika baru tahu pas hari-H bahwa ia harus ikut berakting bersama Teater UI setelah lagu selesai. Di situ dikisahkan ia terluka dan mendapat selendang sutera untuk membalut lukanya.



Mars Bela Negara
(Komposer: Dharma Oratmangun, Aransemen Orkestra: Singgih Sanjaya)
Ini adalah lagu ciptaan Dharma Oratmangun. Lagu ini menjadi lagu wajib di Kementerian Pertahanan RI. Juga lagu favorit dari Ibed (hahaha peace, Beeeed....) Di akhir acara, lagu ini dijadikan encore, dengan keikutsertaan Pak Budi Susilo Soepandji, pembina Mahawaditra, dan merupakan Dirjen di Kementerian Pertahanan.

Senandung Tiga Pulau 
Medley Paris Berantai - Naluya - Si Patokaan - O Ina Ni Keke - Yamko Rambe Yamko
(Aransemen Koor dan Orkestra: M. Dhany Iskandar)
Lagi-lagi "Senandung". Kami cukup antipati dengan kata tersebut gara-gara dua senandung ini. Hahaha. Tapi tidak lama kok. Malah setelah konser kami jadi kangen memainkan senandung-senandung ini! Dan FYI, Senandung Tiga Pulau ini diberikan partiturnya pada kami di H-6 konser. Gilaaaa! Batin saya. Ini sihhhh nekat namanya! Tapi terbukti kok, kami mampu membawakannya dengan cukup baik, menurut saya :).

Mas Dhany begitu bersemangat meng-conduct!

Bagimu Neg'RI
(Komposer: Kusbini, Aransemen Koor & Orkestra: Singgih Sanjaya)
Buat yang penasaran dengan ejaan Neg'RI nya, bisa dibaca di sini.

Maju Tak Gentar
(Komposer: C. Simandjuntak, Aransemen: B. Adi Nugroho)
Komposisi ini diaransemen ulang oleh salah satu anggota Mahawaditra, namanya Mas Adi. Cukup simpel, namun cukup terasa suasana march-nya!

==============================================================

Fuaaahhhh... selesai juga babak 1! Kami keluar panggung dan istirahat. Sementara itu, Mas Singgih di belakang panggung memberikan sedikit komentar, salah satunya adalah letak kondensor yang dekat, berpengaruh pada suara tuba dan fagott yang ternyata menonjol selama babak 1 tadi!

Di ruang pemain, yang cepat habis adalah air minum. Saya sempat meminta anak konsumsi untuk men-standby-kan dus air minum.

Babak kedua dimulai!!! Sebelum duduk, saya membetulkan posisi mic, menjauhkannya dari fagott karena mic itu sensitif sekali. Untunglah dapat teratasi masalah suara yang menonjol itu.

==============================================================

Kidung Mahardika
(Komposer: Singgih Sanjaya)
Stage Crews menggeser piano ketika jeda. Ya, lagu ini memang diperuntukkan bagi solo piano. Kini sang pemain siap untuk mengolah piano tersebut. FYI, piano tersebut adalah hasil dari menyewa beberapa jam sebelum konser dimulai. Oke, konser kami memang penuh dengan kegilaan dan kemustahilan, namun kami dapat berkata, "Kita bisa!". Sungguh, ketika Mas Singgih naik ke podium, saya mulai merasa merinding, dan ketika derai not pertama dimainkan, saya merasa sangat... excited, like a child who can't wait to reach the playground. Sungguh terasa sekali nuansa Jawa dan Bali-nya!!! Dan FYI, ini adalah kali kedua lagu ini dibawakan, setelah sebelumnya dibawakan oleh Twilite Orchestra dengan konduktor Mas Addie MS, dengan solo piano oleh Ananda Sukarlan!

Mas Singgih meng-conduct

Medley Bengawan Solo-Jembatan Merah
(Komposer: Gesang, Aransemen: Bramana Putra)
Kedua lagu ini diaransemen oleh Bram, Mahawaditra angkatan 2009. Aransemen ini, saya tidak melebihkan, kreatif. Saya suka dengan permainan dinamikanya. Dengan solis Mbak Aning Katamsi, terasa megah lagu ini.

Berkibarlah Benderaku
(Komposer: Ibu Sud, Aransemen: Singgih Sanjaya)
Lagu ini megah! Sangat megah! Kontras di akhir lagunya pun bagus. Ketika mendengarkan format mp3 dari versi orkestranya sehari sebelum acara, saya berpikir, dapatkah kami memainkannya sebaik ini? Kami memang hanya sekumpulan mahasiswa yang memiliki kecintaan terhadap musik, tapi kami mencoba untuk memberikan yang terbaik! Oh ya, sedikit cerita, saya yakin di lagu ini beberapa pemain (atau bahkan semua) merasa chaos. Karena snare drum memainkan ini dengan tempo cepat daripada ketika latihan (mungkin bahkan lebih cepat dari seharusnya!). Tentu saja kami kewalahan untuk mengikuti tempo dari snare drum, karena sepertinya susah untuk melambatkannya...

Tanah Airku
(Komposer: Ibu Sud, Aransemen: Singgih Sanjaya)
Lagu ini diaransemen oleh Mas Singgih. Lagu ini menjadi penutup dua stasiun televisi Indonesia. Lagu ini kembali dinyanyikan oleh solis Pharel Silaban. Ketika mendengarkan sesi ini, huaahhhhhh... terasa sekali cinta Indonesianyaaaa...

Varia Ibukota (Medley Lagu-lagu Betawi)
(Aransemen: Mochtar Embut)
Lagu ini bisa dibilang adalah lagu wajib Mahawaditra. Sudah dibawakan oleh Mahawaditra mulai puluhan tahun lalu. Karena perbedaan masa, mungkin kami yang saat ini mendapat giliran untuk membawakan komposisi ini mendapat banyak kritik dari para alumni, yang mengatakan bahwa kami kurang greget membawakannya. Pada lagu ini, Liga Tari Krida Budaya UI membawakan tarian kreasi mereka sesuai dengan tema lagu.


Simfoni Raya
(Komposer: Guruh Sukarnoputra, Aransemen Orkestra dan Vokal: Singgih Sanjaya)
Yak, inilah salah satu momen yang kami tunggu-tunggu... Tampilnya Lana Nitibaskara sebagai solo vokalis! Gadis cilik berusia 9 tahun ini yang membawakan bait-bait Simfoni Raya malam itu. Dan... suaranya yang imut mampu mengundang tepuk tangan meriah dari penonton yang gemas padanya.

Rayuan Pulau Kelapa
(Komposer: Ismail Marzuki, Aransemen Koor & Orkestra: Addie MS)
Sebuah aransemen dari mas Addie. Sebuah lagu bertempo lambat yang mendayu-dayu, menurut saya. Bagus sekali aransemennya, membuai setiap pendengar, seolah membawa kami semua ke pinggir pantai yang bersih, pasirnya yang putih, lautnya yang biru, anginnya yang segar, pohon kelapa di sepanjang garis pantai...

Indonesia Pusaka
(Komposer: Ismail Marzuki, Aransemen: M. Dhany Iskandar)
Lagu ini dibawakan dengan solo trumpet oleh Eric Awuy, trumpetist berskala Internasional. Ketika lagu ini dimainkan dan alunan trumpet dari Eric mulai terdengar, saya yakin banyak yang terbius oleh tiupan trumpetnya. Namun sayang, menurut saya, aransemen untuk solo trumpet kurang bervariasi. Masih terkesan ia hanya memainkan bagian melodi saja, tanpa ada perubahan dinamika, kecuali di bagian akhir dimana not-not tinggi harus dimainkan dan Eric mampu memainkannya dengan lembut dan tanpa keraguan.

Eric Awuy

Dari Sabang Sampai Merauke
(Komposer: R. Sukarjo, Aransemen: Felix Firyanto Widjaja & Bramana Putra)
Lagu ini adalah lagu terakhir dari rangkaian perjalanan Asa mengelilingi Indonesia. Cukup meregangkan syaraf kami yang tegang sepanjang acara, karena aransemen ini menurut saya cukup simpel.

===========================================================

And here we came to the end!!!

Setelah lagu terakhir dimainkan, ada penyerahan plakat dan bunga kepada para bintang tamu, konduktor, concert master. Kemudian diikuti oleh penyerahan tanda jasa pahlawan kepada para veteran yang belum mendapatkan gelar pahlawan.



Setelah memberikan bintang jasa pada para veteran, Pak Budi bergabung dengan kami, beliau memainkan flute, bersama-sama memainkan Mars Bela Negara.
Dan berakhirlah sudah acara Konser Akbar OSUI Mahawaditra "Dekapan Asa Untuk Nusantara": Sebuah Konser Penghargaan bagi Pahlawan Tanah Air. Saya senang karena acara ini telah berlangsung dengan lancar, sekaligus sedih karena akan merindukan saat-saat kebersamaan kami yang terjadi selama proses persiapan dan latihan.

Hari itu kami akhiri dengan syukuran bersama. Beberapa bintang tamu ikut di dalamnya, seperti Mas Singgih dan Eric. Kami berdoa semoga kami dapat melakukan yang lebih baik lagi untuk Mahawaditra, semoga kerjasama kami semua tidak berhenti sampai di sini, dan semua harapan baik bagi Mahawaditra ke depan.

Oh iya, kalau mau melihat lebih banyak lagi foto-foto acaranya, bisa lihat di blogpost ini, dari Riska Farina, Mahawaditra 2010.

Wait for our next project with our new leader, ladies and gentlemen, please welcome, Rifky Ferdiansyah - Teknik Perkapalan UI 2008!





photo courtesy: Bryan Sidjabat, Ismail Afiff

2 komentar:

Unknown mengatakan...

good review, and as I was involved in this event, I may have a few comments... :) as follows :

Snare Drum di Berkibarlah Benderaku itu aku yg maen hihii... waktu GR aku ga ngerasa nyaman mainnya tapi pas konser asik2 aja.. dan seperti biasa aku lihat conductor, dia yg memberi tempo seperti itu... kalo dia mau melambatkan maka pastinya dia bakal kasih isyarat mata utk blg : "keep it down a little bit, please", or something like that, a gesture that seems common in every conductor to most musicians. Sorry yeh tapi emang tuh semangat banget lagunya sehingga Paragita pun nyanyi dengan semangat juga... wkwkwk

Kedua: Dharma Oratmangun, well I know him very well.. he's a very nice person. and in fact, it was I who asked Pak Budi if we can invite him over to the concert. Trus Pak Budi bilang ya undang saja sekalian mau dikasih penghargaan... Sedikit masalah paling2 di seating arrangement. Karena undangan udah diblok sama Kemhan dan dia juga bawa beberapa teman dari Committe Seven Wonders (yg nyelenggarain Vote Komodo itu loh)... As he was very impressed of what we did back then, he may include us in his next project, hopefully...

Bagimu Neg'RI gue juga nulis sedikit di Multiply, kali ini lgs dari anak kandung Pak Kusbini, Mas Sapta... dia cerita bahkan masih punya manuskrip asli lagu tsb... ceritanya, bait terakhir tadinya mau ditulis "Bagimu Neg'RI, Indonesia Raya" tapi sama Bung Karno dilarang, karena bisa bikin Jepang curiga (Ai mana yah hehehe).. akhirnya diganti jadi "Jiwaraga kami" which is artinya jadi dalem banget dan terus terang waktu denger cerita itu gue merinding ...

In conclusion, it is good for me personally to see how young people like you and the others shared the mutual feeling of gratitude, and to be able to do this and surrounded by renown people who has been doing this for living ;)

For me I would say, maybe it's like a first time for you, but but for me it's just like another routine day in the office... (I play timpani as a profession too, you know..) but still... it is, I believe, an experience of a lifetime... it may not comeback in a while but worth to try something like this again in the future.. so keep up the good spirit!

satu lagi.. .soal ngatur bangku dan angkat piano, gue juga ikutan tuh pusing deh kurisnya brapa yg main brapa trus tempatnya hampir nggak ada ...let alone the piano... buset berat juga ya piano nya.. .hehehe ;D

cheers. Bowie

andaningrum mengatakan...

iyaa hehe itu implisit juga ya tulisannya. :P

jelas ini kali pertama, setelah sebelumnya, bahkan sebelum masuk mahawaditra, nggak ada pengalaman apa pun yang berhubungan sama musik! lalu setahun setelah masuk UI, langsung berkesempatan untuk partisipasi dalam konser dengan skala sebesar ini, ini lebih dari luar biasa... *lebay oke*

masih banyak kekurangan di sana-sini, I admit that, seperti di teknis stage, kesiapan pemain, dll. Tapi inilah kita yang sedang dalam proses belajar... :)

Club Cooee