Kesan pertama yang timbul ketika menginjakkan kaki di tanah Malaysia: gerah! Rupanya udara di sini sedang tak jauh beda dengan di Indonesia, panas. Sinar matahari bersinar dengan cukup kuat.
Kami berjalan menuju ke dalam airport. Rintangan pertama yang kami lewati adalah, tentu saja, konter imigrasi. Pengecekan paspor dan kartu kedatangan dilakukan. Kemudian kami keluar. Melihat bagian luar bandara ini, aku berpikir, wah, ini sih kayaknya, kayaknya, masih mending bandara Soekarno-Hatta deh. Ya iyalah ya, mungkin karena ini bandara yang diperuntukkan untuk penerbangan murah, jadi kondisinya seperti ini.
Kemudian kami mencari halte Skybus yang akan membawa kami menuju KL Central. Beberapa orang sudah merasa lapar, jadi berpikir sekalian saja makannya nanti di KL Central. Akhirnya Skybus berangkat.
|
di dalam Skybus |
Sepanjang perjalanan menuju KL Central dari bandara, satu yang kupikirkan: jauh juga ya, jalan antara bandara dan kotanya. Gersang, lagi. Terlihat sepertinya kawasan bandara tersebut sedang dalam pembangunan. Di luar udara terlihat panas sekali.
Singkat cerita (disingkat aja deh, saking lamanya perjalanan ke KL Central), kami sampai di KL Central. Dengan agak cengo, terlintaslah di benak: wew, ini sih berasa di terminal Kampung Rambutan! *lebay*
Kami naik ke atas, ke area gedung. Akhirnya memutuskan untuk makan dulu. Salah satu dari kami mengabari grup lainnya yang sudah tiba lebih dulu bahwa kami akan makan dulu di lantai 3. Kemudian ia juga menghubungi seorang alumni yang telah berbaik hati membantu mengurus keperluan kami di sini mulai dari pembelian tiket konser sampai menjadi tourguide dadakan.
Food Court di KL Central itu sama kok seperti food court yang ada di Indonesia. Kamu bebas memilih untuk makan apa pun. Konter minuman tersedia terpisah. Harga minuman untuk jus sama, yaitu RM 2,6. Aku memilih untuk makan Tou Fu, yaitu makanan mirip shabu-shabu (rebusan) karena sepertinya sudah familiar saja, daripada makan yang semacam nasi rames atau yang lainnya.
|
inilah amplop tiket nyaaaa |
Kemudian yang nampak pertama adalah Mas Verdo. Yak, ialah sang alumni itu. Ia menetap di Malaysia. Mas Verdo menyerahkan sebuah amplop berisi 15 tiket konser pada kami. Langsung deh, foto-foto sama tiketnya…
Setelah itu datanglah rombongan yang terlebih dulu datang ke sini, dengan penerbangan pukul 6.25 pagi menggunakan maskapai yang sama dengan kami. Kak Bram, Kak Ariana, dan Kak Kirana. Mereka kemudian akhirnya ikut memesan minum.
Kami mengobrol dulu di sana, sekedar awal dari perkenalan dengan Mas Verdo yang sampai saat sebelum sampai di KL Central ini hanya dikenal lewat akun Facebook saja.
Setelah ini, kami berjalan keluar. Turun ke tempat kami tadi pertama sampai dengan Skybus, lalu terus ke arah luar, ke arah jalanan. Katanya mau naik monorail. Ketika hampir mencapai jalanan, tiba-tiba Kak Ariana nyeletuk, “Cie Anda, akhirnya first time abroad yaaa…” Lalu Kak Bram juga menimpali. Hehehe, makasih yaaa… Tak apalah first time nya ke Malaysia, tetap abroad juga kan namanya :D
|
di platform salah satu stesen monorail |
Kami menyeberang, lalu terus jalan lagi sekitar… 200 meter sampai ke stasiun monorail. Suasananya seperti di stasiun kereta. Tapi karena monorail, jadi relnya di atas, maka setelah kami membeli tiket seharga RM2,10 menuju Bukit Bintang, kami melewati pintu tiket dan naik ke platform untuk menunggu kedatangan monorail, sarana transportasi yang hampir terwujud di Indonesia.
Ketika pertama kali masuk ke dalam monorail, ada perasaan kagum padaku. Wah, ternyata
space-nya cukup luas dan cukup tinggi! Nyaman sekali, di dalamnya. Pengaturan tempat duduk pun bagus jadi cukup efisien untuk mengangkut orang dengan jumlah cukup banyak. Relnya sendiri diberi tembok tepian, jadi cukup memberikan rasa aman ketika kau melihat relnya. Tapi ada sedikit pikiranku yang bilang, “Kayak naik monorail di TMII.” Hahaha, jauuuuh! Dan tentu saja, hal yang wajib dilakukan ketika pertama kali berkenalan dengan sesuatu: foto!
Sesampainya di Bukit Bintang, kami langsung berjalan keluar stasiun. Dan… wah, sesuai dengan bayanganku selama ini, kalau di luar negeri, pasti ada satu area yang macam ini:
street corner yang luas dan banyak bangunan tinggi dengan sebuah layar yang menempel di sebuah gedung yang menampilkan iklan-iklan, dan papan-papan reklame di mana-mana. Bangunan pertama yang terlihat ketika keluar dari stasiun adalah McDonald dan A&W. Sebelah-sebelahan itu. Ckckck.
Kami menyusuri plaza menuju tempat menginap. Kemudian mendapati bahwa ada 7/11 di dekat hotel, jadi kalau ada apa-apa gampang nyarinya… (Kenapa juga
reference-nya harus 7/11?) Sampai di hotel kami, Malaysia Hotel. Sementara menunggu check-in, beberapa yang menunggu memutuskan untuk berfoto ria di lobi. Yah… begitulah. Sampai akhirnya menggunakan
self-timer agar semua bisa ikut terfoto.
Kami membagi kamar. Kamar 533, diisi oleh cowok-cowok: Yogi, Yoga, Kak Bram, dan Mas Bowo. Kamar 534, diisi oleh cewek-cewek: Tamy, Andi, Innes, dan Mbak Kris. Lalu yang terasing… hiks, aku nggak ngerti kenapa bisa dapet yang beda sendiri, kamar 540 diisi cewek-cewek juga: aku, Kak Ariana, dan Kak Kirana. Tadinya kan rencananya berempat sekamar, dan sudah direncanakan nanti Tami Justisia bakalan ngikut ke kamar 540. Tapi ternyata Tami tidak ikut nginap di sini, karena ia di rumah saudaranya, jadi 540 hanya dihuni oleh 3 orang saja! Pas! Merdeka! Hahaha. Tapi tetap saja aku tidur di bawah menggunakan extra bed (extra bed? Bagiku lebih terlihat seperti kasur Lampung) karena… aku kurang pe-we aja kalau tidur berdua di atas double bed, takut nanti kalau tidur nendang-nendang orang. Hihihi.
|
ini kamar 540 |
Setelah menaruh barang bawaan, kami berkumpul di kamar 534 untuk mengundi tiket konser. Karena nomernya berjauhan dan super ngacak, jadi diputuskan dengan ‘Lucky Draw’. Hahaha. Walaupun pada prakteknya akhirnya semua memilih dengan sesuka hati, sesuai dengan posisi instrumen masing-masing. Suasana kamar itu riuh, beberapa ada yang berdiri, duduk, atau tiduran di kasur. Udah kayak saudara sepupuan aja tuh semua, udah nggak ada malunya. Tapi kan ketika kamu menjadi seorang Mahawaditran (red: anggota Mahawaditra), kamu akan tergabung dalam satu keluarga besar Mahawaditra. Ke-lu-ar-ga. Betul?
Dan selanjutnya yang kami semua lakukan di kamar 534 itu adalah: menggosip! Kerjaan wajib Mahawaditrans. Hahaha. Banyak sekali yang kami gosipkan (yaaa nggak pake ‘sekali’ juga bisa sih, lebay aja ini nulisnya), dan akhirnya terfokus pada satu topik. Hiehiehiehie *ketawa aneh*!
Setelah kehabisan bahan gosip, pada memutuskan untuk berbelanja camilan ke 7/11. Maunya sih… tapi ternyata di sebelahnya, tepat di sebelah 7/11 ada sebuah minimart juga bernama KK. Akhirnya kami belok ke situ karena letaknya duluan. Hahaha. Yang bikin aku kaget adalah penemuan es krim dari produsen yang selama ini aku cuma tahu produk coklatnya: MARS dan SNICKERS!!! Waaa.
Akhirnya setelah membeli jajanan masing-masing, kami kembali ke kamar untuk makan itu jajanan. Aku membeli sebotol air mineral berisi 1,5L karena khawatir kekurangan minum di kamar. Yaa di kamar ada sih air minum di teko, tapi kan nggak tahu itu bikinnya dari air apa. Aku ngikut dulu ke kamar 534. Di dalam, aku ikut menonton TV. Yang tertangkap hanya 2-3 channel TV, dan yang bagus gambarnya cuma 1 channel: TV1 (baca: TV satu, bukan TV O*e). Dan, aku lupa di channel apa, tiba-tiba nemu channel yang menayangkan kartun, dan itu Shinchan. Alamak, ampun deh ampun dengernya… Suara Shinchannya lebih dewasa dari yang didub sama Ony Syahrial!!! Gak deh gak deh gak deh…
Ketika itu hujan turun. Jadi kami nggak bisa jalan-jalan ke luar. Siapa juga yang mau jalan-jalan, pada tiduran dulu lah di kamar. Sudah khawatir aja kalau hujannya terus sampai malam nanti. Tapi ternyata untungnya tidak, ketika kami mau berangkat hujan sudah berhenti.
Para penghuni kamar 540 bergantian mandi dan siap-siap. Pertama Kak Kirana, lalu Kak Ariana. Aku terakhir. Bhaaahhh dingin sekali, untung ada water heater-nya. Jadi bisa mandi air hangat. Oh ya, ngomong-ngomong soal kamar, pertamanya kami, 540, mengeluh karena diantara 3 kamar yang didapat itu hanya 540 yang kondisinya nggak sebagus dua kamar lainnya. Tapi akhirnya kami menyadari bahwa kami beruntung mendapat kamar itu. Paling luas, nggak ada bath tub yang nyempit-nyempitin kamar mandi, dan yang terpenting: kami dapat sinyal wi-fi di kamar itu, sedangkan di dua kamar lainnya nggak. How internet connection can affect your life. Aku dan Kak Ariana langsung gembira dan langsung online pakai wi-fi tersebut.
|
kurang kak Ariana, Tamjus, dan sepupunya Tamjus |
Kami berganti pakaian menjadi
dresscode penonton konser. Batik atau
formal suit. Semuanya jadi cantik dan cakep. Jarang-jarang kan ngeliat para pemain Mahawaditra tampil rapi gini kalau nggak konser. Hihihi. Kami berangkat, menuju stasiun monorail!