Selama konser berlangsung, aku duduk bersebelahan dengan Andi. Tahu yang kukerjakan sama dia sepanjang acara? Senyum-senyum, kagum, terus sesekali ngomentarin permainannya. Kebetulan yang ada di hadapan kami adalah pasukan Contrabass, dan yang namanya bule kan badannya gede-gede. Nah di depan kami,
principal-nya Contrabass, badannya segede alatnya. Aku dan Andi berkali-kali berkata bahwa pemain yang satu itu lucu, seperti boneka beruang besar! Hahahaha.
Setelah keluar, kami berfoto lagi... Di depan pintu hall, di depan
standing banner MPO. Dan yang paling nggak boleh dilewatkan... berfoto dengan latar belakang gedung Petronas yang bermandikan cahaya lampu mulai dari lantai paling bawah sampai puncak. Kami semua keluar. Di belakang Petronas
tower itu ada kolam air mancur yang panjang, hanya beroperasi sampai mungkin pukul 9 malam waktu setempat. Jam segitu kan acara masih berlangsung.
Segera kami berjalan menjauhi gedung untuk mendapatkan
spot yang bagus untuk berfoto dan memandangi gedung tersebut. Wah... Kalau ini di komik, aku pasti sudah bolak-balik mencubit pipiku. Saking kagum dan nggak percayanya kalau aku sekarang benar-benar di luar negeri. Aaaah noraaaak! Tapi ya inilah aku, mohon maaf apabila ada yang nggak berkenan.
Aku dan beberapa orang berjalan ke pinggir jalan, ke bawah salah satu lampu jalan. Biar mukanya keliatan pas memotret diri sendiri pakai kamera HP. Dan akhirnya, setelah aku bereksperimen sekitar 4 kali, dapatlah 1 biji yang kelihatan dua-dua gedung itu. Haaa... puas deh. Aku dan yang lain kembali ke pinggir kolam air mancur untuk berfoto bersama dengan latar gedung Petronas. Menggunakan kamera Kak Bram dan tripod mininya, kami ber...lima belas, ya, lima belas, mengatur posisi agar muat difoto. Dan hasilnya... cukup bagus, malah kayak foto boongan. Maksudnya, kayak kami foto di tempat lain dan digabung dengan latar gedung Petronas menggunakan Photoshop. Aaaah tapi itu beneraaaan di sanaaaa...
Setelah puas, kami sadar bahwa jam segitu sudah nggak ada kereta maupun bis yang beroperasi. Tamjus menawarkan untuk beberapa orang (beberapa, benar-benar beberapa!) buat nebeng dia sampai Bukit Bintang. Dia sih sama sepupunya yang ikut nonton juga. Tapi kami semua memutuskan untuk nggak ada yang nebeng dan kompak akan berjalan sampai Bukit Bintang. Jadi, siap-siap ya para wanita yang mengenakan high heels. Kita olahraga malam!
Dan... kami berjalan menyusuri kafe-kafe yang macam di Kemang yang buka sampai jam 3 pagi itu. Banyak sekali jumlahnya. Dan jaraknya itu kalau dihitung-hitung dari Petronas ke Bukit Bintang, sepertinya mungkin sama seperti thawaf di lingkar luar UI sebanyak 4... tidak, mungkin 5 kali? Bukan, bukan lebay... ini beneran. Rasanya jauh dan sudah capek, tapi karena ramai-ramai jadi nggak terasa. Di tengah jalan sudah mendekati BB, kami sepakat masuk ke 7/11 untuk membeli minum. Yaa... akhirnya semua membeli minum dulu.
Kemudian kami lanjut berjalan melewati kawasan seperti Citos gitu, kafe-kafe yang berada di sekitaran plaza berlantai batu gitu... dan akhirnya sampailah kami di perempatan dimana stasiun monorail Bukit Bintang berada, dimana ada media iklan salah satu provider internet Malaysia bernuansa biru-putih yang berdiri di salah satu street corner di dekat situ. Terang sekali. Kami menyeberang ke depan, menyusuri pertokoan, bingung mau memutuskan mau makan di mana.
Tapi sampai di dekat hotel, beberapa memutuskan untuk istirahat saja. Dan hanya beberapa yang memang mau makan semalam ini (jam 12.30 meeen 12.30 dini hari masih mau makan!).
|
akhirnya kami makan di sini |
Kami berjalan ke daerah di belakang hotel tersebut, di depan BB Plaza. Namun banyak kios makanan yang stoknya sudah habis, dan hanya satu yang sepertinya masih banyak stoknya. Kami memutuskan untuk makan di situ. Tempatnya betul-betul sempiiiit dan terbatas.
Di dekat sini ada semacam panggung
live kecil. Padahal pas tadi kami nyari-nyari tempat makan, panggung itu nggak ada yang ngisi sama sekali. Tapi pas kami duduk, eeeh mulai deh tuh suara ngiiing dari sound kedengeran. Niat banget mau ngehibur kami, nungguin kami dapet tempat kayanya. Hahaha.
|
sebelah: shisha... |
Aku berani bertaruh, lagu-lagu yang akan mereka mainkan pasti ada yang lagu Indonesia. Yaa ada sih lagu barat yang kukenal dan itu tembang lawas (alamak, jangan-jangan sama saja kaya panggung gembira di sini lagunya lagu-lagu tembang kenangan gitu). Dan... yak, inilah yang ditunggu-tunggu: mereka memainkan satu lagu dangdut Indonesia yang sudah sangat sangat sangat terkenal: KOPI DANGDUT. Aku dan yang lainnya: “Eaaa, jauh-jauh dengernya begini juga...” Dan ada satu buah lagu yang dipopulerkan oleh band RADJA, mereka juga menyanyikan lagu itu. Tapi bukan yang Benci Bilang Cinta, aku lupa judulnya apa.
Setelah makan, aku melihat jam di HP. 1.30 dini hari. Alamak, mau bangun jam berapa ini, pasti nanti pas sholat susah bangunnya -___- Eh tapi, cuma beberapa loh yang memutuskan untuk langsung balik ke hotel (eh, cuma Yogi deng yang balik ke hotel). Kami memutuskan untuk melanjutkan kegilaan ini, mumpung pergi bareng ke luar negeri dan lagi di sini daerah malam, masih banyak lampu yang menerangi jalanan Bukit Bintang ini. Aku, Andi, Tamya, Yoga, Kak Kirana, Kak Bram, dan Mbak Kris. Kami berjalan ke tempat
commercial media nya si provider internet yang superterang di tengah kegelapan malam itu. Karena area
corner di situ cukup luas, kami berfoto-foto di situ. Sudahlah kami seperti orang-orang aneh... Mana lagi kami memutuskan untuk berfoto dengan pose lompat. Yah, biar deh. Toh kami belum tentu ke sini lagi dalam waktu dekat. Hahaha. Mana kami masih memakai pakaian untuk menonton konser tadi, jadi Kak Bram dan Yoga masih yang pakai kemeja kaya orang kantoran gitu.
Setelah puas, kami memutuskan untuk kembali ke hotel, beristirahat untuk besok. Jam menunjukkan pukul 2.30 dini hari waktu setempat. Di Jakarta sih masih pukul 1.30. Dan tebak apa kejutan yang menanti ketika kami kembali ke hotel? Wow, skandal kamar 534 tercipta! Tapi sepertinya hal ini nggak usah diceritakan lah ya, kasihan oknum yang terlibat... Hahaha bisa menimbulkan segudang gosip dan cie cie-an.
Aku kembali ke kamar 540 setelah insiden “waw kya cie astaga” itu, tidak mandi (aaah aku tahu ini menjijikkan dengan keringat yang masih nempel), ganti baju, lalu tidur. Aaah... nyamannya...
|
ini bukti kegilaan kami! |